Pengalaman Bersepeda Santai dengan Tema Budaya dan Sejarah
Kali ini, saya tidak hanya menjadi pendukung peserta gowes 100 kilometer mengelilingi Yogyakarta, tetapi juga ikut serta sebagai peserta. Pilihan jarak yang dipilih cukup terjangkau, yaitu sekitar 20 kilometer saja. Tema hari ini adalah “Historical FunRide”, sebuah kegiatan yang digagas oleh Ikatan Alumni ITB (IA-ITB) Yogyakarta bekerja sama dengan Keluarga Alumni Gajah Mada (Kagama).
Start dan finish peserta berlangsung di Gelanggang Inovasi Kreativitas (GIK) UGM yang megah. Lokasinya berada tepat di sebelah timur pintu gerbang utama kampus. Suasana pagi yang cerah menyambut para peserta yang sudah bersiap dengan jersey berwarna orange dan berbagai jenis sepeda seperti city bike, mountain bike, road bike, hingga sepeda lipat.
Panitia telah menyiapkan sarapan berupa minuman hangat, arem-arem, dan buah-buahan segar. Sebelum start, peserta dan panitia menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars ITB, dan Mars UGM. Dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan ITB dan UGM. Tujuan besar dari kegiatan ini adalah untuk menggugah kepedulian alumni dalam mengembangkan kampus tercinta, salah satunya melalui beasiswa bagi mahasiswa yang membutuhkan dan memajukan penelitian ilmu pengetahuan.
Mengunjungi Keraton Yogyakarta
Rute kali ini mengangkat budaya dan sejarah sebagai bagian dari aktivitas. Peserta pertama kali mengunjungi Keraton Yogyakarta. Ada hal unik saat memasuki area khusus di keraton, yaitu sepeda harus dituntun dan tidak boleh dinaiki. Di dalam halaman yang asri dan sejuk, dengan pohon-pohon rindang, peserta bisa beristirahat dan menikmati kudapan tradisional jadah pengantin. Penjelasan dari petugas keraton tentang serba-serbi tradisi yang telah ada sejak masa lalu hingga saat ini yang masih dijalankan oleh Sultan, keluarga, dan abdi dalem memberikan wawasan mendalam.
Keraton Yogyakarta merupakan pusat kebudayaan dan simbol sejarah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Lokasi ini menjadi salah satu destinasi wisata utama yang menawarkan pengalaman mendalam tentang arsitektur dan nilai-nilai budaya Jawa.
Menjelajahi Kotagede
Setelah itu, peserta melanjutkan perjalanan menuju Kotagede, yang dikenal sebagai kota tua pusat awal Kerajaan Mataram Islam dan sentra kerajinan perak legendaris. Kawasan ini memadukan nilai sejarah, arsitektur tradisional, dan kehidupan lokal yang masih terjaga. Peserta menikmati jejak peradaban Jawa sambil merasakan pesona budaya yang autentik.
Ini kali ketiga saya berkunjung ke Kotagede. Sebelumnya, saya blusukan di sini dengan berjalan kaki, bukan mengayuh sepeda. Sempat ingin meminjam sepeda di Museum Kotagede, tetapi sayangnya hanya bisa dipinjam pada event tertentu saja. Saat itu, saya tidak membawa sepeda dari Jakarta karena mobil sudah penuh barang setelah liburan sekitar dua pekan.
Beristirahat di Masjid Gedhe Mataram
Peserta beristirahat di Masjid Gedhe Mataram yang dibangun pada tahun 1578 dan selesai pada tahun 1587 pada era Panembahan Senopati. Pembangunan selama 9 tahun, lama juga ya hehehe… Selain masjid, di kawasan ini juga terdapat pemakaman raja-raja Mataram. Selain di Kotagede, ada pemakaman Imogiri untuk raja-raja berikutnya dimulai dari Sultan Agung.
Kudapan yang disajikan panitia kali ini adalah kue kembang waru yang manis legit. Saya sempat melakukan shalat dhuha di masjid legendaris ini. Kemudian berfoto bersama peserta lainnya. Peserta juga dapat mengisi kembali botol minumnya di sini.
Mengunjungi Puro Pakualaman
Perjalanan dilanjutkan menuju Puro Pakualaman yang merupakan istana kecil sebagai pusat kebudayaan Kadipaten Pakualaman dengan sejarah penting dalam dinamika politik dan budaya Yogyakarta. Arsitektur klasik dan koleksi pusaka di dalamnya menghadirkan daya tarik tersendiri bagi peserta.
Cuaca mulai panas terik, langit biru terang berhias awan putih. Meskipun begitu, peserta masih tampak bersemangat. Panitia bilang setelah ini akan mampir ke warung rujak es krim. Wah, senangnya … Bisa meredakan rasa haus nih. Kudapan ini enak sekali, segar dari buah-buahan dengan gula aren dan es yang lembut.
Kembali ke GIK
Akhirnya, sekitar pukul 10.30 WIB, saya sampai kembali ke GIK dengan sehat dan selamat, alhamdulillah … Luar biasa panitia masih berlanjut memberikan sajian kuliner yang maknyus. Ada bakso dan rebusan pisang, jagung, ubi, kacang semuanya kesukaanku. Masyaallah … Sungguh bukan balapan gowes ya, tapi kayuh budaya dan kuliner.
