, GARUT – Tingkat Okupansi Kamar (TOK)hotelbintang maupun nonbintang di KabupatenGarutpada bulan Juli 2025 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Garut mengungkapkan, tingkat pengangguran terbuka mencapai 28,81%, meningkat sebesar 2,94 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya berada di angka 25,87%.
Ketua Tim Statistik Distribusi BPS Kabupaten Garut Hendra Sukatriyana mengungkapkan bahwa kenaikan ini tidak bisa dipisahkan dari momen wisata lokal serta kegiatan pesta rakyat yang berlangsung di bulan tersebut.
“Perayaan tahunan yang diadakan secara lokal maupun regional menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah wisatawan yang mengunjungi Garut. Hal ini secara langsung memengaruhi tingkat okupansi hotel, baik yang berbintang maupun tidak,” kata Hendra, Senin (8/9/2025).
Secara rinci, tingkat okupansi hotel berbintang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada bulan Juni 2025, tingkat keterisian kamar hanya mencapai 45,41%, namun pada Juli meningkat menjadi 55,68%, atau naik sebesar 10,27 poin.
Menurut Hendra, tren ini menunjukkan bahwa para wisatawan semakin memilih akomodasi berbintang guna meningkatkan kualitas perjalanan mereka.
Peningkatan TPK hotel bintang menunjukkan perubahan dalam preferensi wisatawan, khususnya keluarga dan wisatawan lokal dari kota besar yang lebih memilih kenyamanan. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengusaha hotel untuk meningkatkan standar pelayanan,” kata Hendra.
Di sisi lain, hotel tanpa bintang juga mencatat kenaikan, meskipun lebih kecil. TPK meningkat 0,32 poin, dari 22,29% pada Juni 2025 menjadi 22,61% di Juli 2025. Meskipun pertumbuhannya tidak sebesar hotel berbintang, keberadaan hotel tanpa bintang tetap memiliki peran penting dalam ekosistem pariwisata Garut.
“Hotel berbintang rendah umumnya diminati oleh para wisatawan dengan anggaran terbatas, termasuk rombongan pelajar atau wisatawan lokal yang melakukan perjalanan singkat. Kestabilan penghunian di segmen ini juga penting agar menjaga daya tarik Garut sebagai destinasi yang cocok untuk berbagai kalangan,” tambah Hendra.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, TPK Garut pada Juli 2024 juga mengalami kenaikan. Pada tahun lalu, angkanya tercatat sebesar 26,58%, kini meningkat menjadi 28,81%, atau naik sebanyak 2,23 poin.
Selain tingkat kepadatan kamar, BPS Garut juga mencatat rata-rata lamanya tamu menginap, baik dari luar negeri maupun dalam negeri, yang mengalami peningkatan. Pada Juli 2025, durasi menginap tercatat sebesar 1,10 malam, lebih tinggi dibandingkan Juni 2025 yang hanya 1,07 malam.
Jika dianalisis lebih lanjut, para pengunjung yang menginap di hotel berbintang rata-rata tinggal selama 1,28 malam, lebih lama dibandingkan tamu di hotel nonbintang yang hanya menginap sekitar 1,01 malam. Menurut Hendra, data ini menunjukkan bahwa fasilitas dan pelayanan yang tersedia di hotel bintang mampu mendorong para tamu untuk memperpanjang masa tinggal mereka.
“Semakin lama wisatawan tinggal, semakin besar kontribusi ekonomi terhadap daerah. Hal ini tidak hanya menguntungkan industri hotel, tetapi juga berdampak pada sektor makanan, transportasi, serta ekonomi kreatif di sekitar tempat wisata,” katanya.
Mengamati perkembangan ini, BPS menganggap Garut memiliki kesempatan yang besar untuk terus memperkuat industri pariwisata. Namun, kenaikan jumlah pengunjung harus diimbangi dengan pengelolaan destinasi yang lebih baik, peningkatan fasilitas, serta kesiapan tenaga kerja.
“Data yang kami umumkan diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dan pelaku industri pariwisata. Tantangan berikutnya adalah bagaimana menjaga tren peningkatan ini agar tetap berkelanjutan, bukan hanya pada masa acara tertentu,” kata Hendra.