4 Kesalahan Umum Pemula yang Ancam Keselamatan Pendaki

, Jakarta– Mendaki gunung bukanlah aktivitas yang mudah dilakukan tanpa persiapan. Banyak bahaya yang mengancam jika persiapan tidak cukup. Sayangnya, masih banyak orang yang…pendaki pemulayang terlalu antusias mendaki puncak gunung, namun mengabaikan prinsip-prinsip keselamatan.

Tanpa persiapan fisik yang baik, perlengkapan yang cukup, pemahaman akan etika, serta kekuatan mental, pendakian dapat berubah menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan. Bahkan bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Untuk para pendaki pemula, kenali empat kesalahan umum berikut ini agar dapat menghindari risiko yang mungkin terjadi.

1. Tidak latihan fisik

Banyak yang datang ke gunungtanpa persiapan latihan fisik apa pun. Padahal bukan hanya berjalan kaki di medan yang terkadang curam, tetapi juga membawa ransel berat antara 5 hingga 10 kilogram. Selain kekuatan stamina, mendaki gunung juga memerlukan ketahanan dan kemampuan beradaptasi dalam kondisi ekstrem.

Baca Juga  Tujuh Destinasi Wisata Menakjubkan di Lembah Harau

Sulthan anggota MAHACITA UPI, pernah mengalami langsung kejadian ini. “Terkadang jikaenggakolahraga sebelum mendaki gunung atauenggak mempersiapkan dengan baik, saya enggakdiperbolehkan (naik) pada saat itu,” katanya, di Bandung, Kamis 24 Juli 2025.

Fisik yang terlatih dapat membantu mengurangi kemungkinan cedera atau kelelahan berlebihan. Latihan fisik yang dapat dilakukan antara lain lari ringan, naik-turun tangga, atau mengangkat beban seperti membawa tas berat sebagai simulasi.

2. Membawa perlengkapan seadanya

Masih banyak pendakiyang tidak memperhatikan perlengkapan. Dengan menggunakan jaket dan tenda yang tipis, mereka mengabaikan alat-alat penting seperti sleeping bag,alas tidur, tenda berlapis dua, bahkan sepatu pendakian. Padahal, perlengkapan yang tidak memadai dapat menyebabkan kelelahan, tidur tidak nyenyak, hingga berisiko mengalami hipotermia.

“Matras, sepatu, sleeping bag, tenda dan sebagainya itu sangat sedikit. Tenda juga harus berlapis dua. Itu lhobasic,” kata Sulthan, menekankan pentingnya memahami kondisi medan. “Jika melewati jalur Torean (di Gunung Rinjani) maka sebaiknya membawa”webbing, cowstail, dan carabiner. Kalau enggakBisa memasang alatnya, belajarlah. Jangan separuh-separuh.

Baca Juga  Berapa Gaji Pramugari Maskapai Lion Air

3. Mengabaikan etika alam dan budaya setempat

Etika sering kali tidak dipertimbangkan. Contohnya adalah membuang sampah sembarangan atau meninggalkannya begitu saja, merusak jalur serta melanggar batas wilayah yang ditentukan.

Setiap wilayah taman nasional, kawasan suaka margasatwa, taman wisata alam, atau cagar alam memiliki peraturan tersendiri. Selain lingkungan alami, banyak jalur juga melintasi desa adat yang memiliki aturan dan kebiasaan masing-masing. Menghormati budaya setempat, tidak berbicara seenaknya, serta menjaga sikap bukan hanya tentang kesopanan, tetapi juga bagian dari etika sebagai tamu di wilayah yang dikunjungi.

4. Pikiran dan kelompok yang mendukung

Yang sering terabaikan ketika memulai pendakian adalah kondisi mental. Ketika cuaca tidak bersahabat atau tubuh mulai lelah, mental menjadi penentu apakah seseorang akan terus melanjutkan perjalanan atau berhenti. Selain itu, memilih kelompok yang saling mendukung juga sangat penting.

Baca Juga  Mau Liburan Hemat di Majalengka? 6 Tempat Wisata untuk Healing Bersama Keluarga

Menurut Sulthan, pendaki pemula sebaiknya melakukan pendakian bersama orang yang sudah memiliki pengalaman. “Karena kelompok bisa memberikan semangat yang positif,” katanya.

Jika belum memahami tentang pendakian, dapat mencari informasi melalui materi edukatif di media sosial atau mengikuti kegiatan komunitas serta aktivitas lainnya.

SITI LABIBAH FITRIANA

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

error: Content is protected !!